MAHASISWA DAN POLITIK

Bersatu Memberi Terang

REGENERASI adalah suatu proses yang berlangsung dalam suatu organisme. Regenerasi pasti selamanya berlangsung yang secara lahiriahnya tampak dengan adanya pergantian. Dalam kehidupan kemasyarakatan, khususnya pada organisasi-organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan maupun dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) regenerasi selalu menarik perhatian banyak kalangan.

Regenerasi (baca proses pergantian) sesungguhnya sesuatu yang alami, namun ketika regenerasi dimaksud menyangkut pergantian orang (baca pemimpin) terlebih dalam konteks suatu bangsa, maka regenerasi menjadi penting karena berkaitan dengan berlangsungnya kelanjutan kehidupan suatu bangsa atau Negara dimasa mendatang. Dalam tataran demikian sangat relevan dikemukakan pertanyaan siapa yang akan memimpin bangsa dimasa depan?

Salah satu jawabannya dan ini yang akan diulas dalam tulisan ini ialah ‘mahasiswa, tentu tanpa bermaksud mengecilkan arti, peranan dan kesempatan generasi muda lain diluar mahasiswa. ‘Kelompok’ mahasiswa ini selama di Perguruan Tinggi, banyak mengamati masyarakat melalui mata kuliah, penelitian dan praktek dimasyarakat. Juga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kenegaraan, pemerintahan dan pengaturannya.

Dengan demikian mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengukur apa yang dialami oleh masyarakat dengan apa yang diharapkannya dari pemerintah. Apabila nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan dasar yang layak tidak diperoleh dan tidak berkembang di masyarakat dan telah menyentuh rasa idealism mahasiswa maka mahasiswa akan tergerak untuk melakukan aktifitas politik.

Sejarah bangsa telah mencatat peranan mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mahasiswa tampil menyuarakan isu-isu aktual pada masanya dalam mengisi kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan mahasiswa mendirikan organisasi-organisasi ekstra kampuss eperti HMI, PMII, PMKRI, GMKI, GMNI, dll. Organisasi ini selanjutnya banyak melahirkan mahasiswa-mahasiswa (baca kader-kader) yang tampil bersama mahasiswa lain menapaki sejarah politik mahasiswa.

Pada penghujung kekuasaan Soekarno pada masa sistem politik demokrasi terpimpin mahasiswa tampil sebagai pelopor bahkan turun kejalan dibawah naungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) danTuntutan Hati Nurani Rakyat (TUNHANURA).

Kebijakan NKK/BKK pada masa orde baru yang mengembalikan mahasiswa ke kampus dan mensterilkan kampus dari kegiatan politik praktis tidak menjadikan mahasiswa ‘mandul’, tetapi tetap aktif hadir menyikapi keadaan bangsanya. Dalam menyikapi krisis bangsa yang berawal dari krisis ekonomi diakhir era Orde Baru di bawah kepemimpinan Suharto, mahasiswa dengan berbagai ‘kesatuan’ atau ‘forum’ kembali menunjukkan peranannya sekalipun ada dari mereka yang harus gugur  sebagai ‘PahlawanReformasi’.

Mahasiswa sebagai ‘social control’ dan ‘agent of changes’ dipercaya masyarakat mengusung harapannya karena mahasiswa bertindak dilandasi idealisme yang murni dalam pengertian tidak terkontaminasi dengan kepentingan sesaat atau kepentingan kelompok tertentu.

Dalam lima tahun terakhir, kehidupan berbangsa kita hari-hari diwarnai demonstrasi mahasiswa menyuarakan dan menuntut berbagai kebijakan pemerintah dalam berbagai aspek masyarakat. Berbeda dengan mahasiswa ‘angkatan 66’, kita saksikan saat ini tampil dengan lebih beragam dan mengusung isu-isu yang beragam  pula.Wilayahnya pun tidak terbatas di Ibukota, bahkan di daerah-daerah hampir diseluruh tanah air. Kita saksikan juga sebagian ‘kelompok’ mahasiswa melakukan aksinya dengan cara-cara yang kurang elegan. Tindakan seperti merusak fasilitas umum atau berlaku emosis angat tidak sesuai dengan performa mahasiswa yang sesungguhnya.

Disisi lain materi tuntutan yang merembet kewilayah politik partisan seperti tuntutan menurunkans eseorang dari jabatan tertentu sesungguhnya lebih baikd ihindari, karena akan lebih cantik dan proporsional jika mahasiswa mengusung isu-isu yang menyangkut kebijakan publik dan menyikapi ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa sebagai generasi penerus dan pemimpin masa depan bangsa dihadapkan pada tugas berat dijaman modernisasi dan globalisasi yang selain menawarkan kemudahan-kemudahan dalam berbagai bidang kehidupan serta merta membonceng ekses yang berpotensi merubah nilai-nilai sosial yang dianut masyarakat. Maka mahasiswa dituntut membekali diri dengan nilai-nilai yang sesuai dengan azas dan kepribadian bangsa yang terkandung dalam Pancasila serta tetap menjaga persatuan kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah republik dalam konsep wawasan nusantara.

Catatan : Dipublikasikan pada Kolom Opini Harian Sijori Mandiri

Edisi 22 Oktober 2003

Posted on 12 Januari 2011, in ARTIKEL. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar